BAB 6
SEKTOR PERTANIAN
SEKTOR PERTANIAN
1. Peranan Sektor Pertanian
Menurut Kuznets, Sektor pertanian di LDC’s mengkontribusikan thd pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional dalam 4 bentuk:
Penyediaan makanan utk pddk, penyediaan BB untuk industri manufakturèa.Kontribusi Produk
seperti industry : tekstil, barang dari kulit, makanan & minuman
Pembentukan pasar domestik utk barang industrièb.Kontribusi Pasar & konsumsi
Penurunan peranan pertanian di pembangunan ekonomi, makaèc.Kontribusi Faktor Produksi
terjadi transfer surplus modal & TK dari sector pertanian ke Sektor lain
Pertanian sbg sumber penting bagi surplus neracaèd.Kontribusi Devisa perdagangan (NPI) melalui ekpspor produk pertanian dan produk pertanian yang menggantikan produk impor.
Kontribusi Produk
Dalam system ekonomi terbuka, besar kontribusi produk sector pertanian bisa lewat pasar dan lewat produksi dg sector non pertanian.
§ Dari sisi pasar, Indonesia menunjukkan pasar domestic didominasi oleh produk pertanian dari LN seperti buah, beras & sayuran hingga daging.
§ Dari sisi keterkaitan produksi, Industri kelapa sawit & rotan mengalami kesulitan bahan baku di dalam negeri, karena BB dijual ke LN dengan harga yg lebih mahal.
Kontribusi Pasar.
Negara agraris merup sumber bagi pertumbuhan pasar domestic untuk produk non pertanian spt
pengeluaran petani untuk produk industri (pupuk, pestisida, dll) & produk konsumsi (pakaian,
mebel, dll)
Keberhasilan
kontribusi pasar dari sector pertanian ke sector non pertanian tergantung:
§ Membuat pasar sector non pertanian tidakèPengaruh keterbukaan ekonomi hanya disi dengan produk domestic, tapi juga impor sbg pesaing, shg konsumsi yg tinggi dari petani tdk menjamin pertumbuhan yg tinggi sector non pertanian.
§ Semakin moderen, maka semakin tinggi demand produk industri non pertanianèJenis teknologi sector pertanian
Kontribusi Faktor Produksi.
Tenaga kerja dan ModalèF.P yang dapat dialihkan dari sector pertanian ke sektor lain tanpa mengurangi volume produksi pertanian
Di Indonesia hubungan investasi pertanian & non pertanian harus ditingkatkan agar
ketergantungan Indonesia pada pinjaman LN menurun. Kondisi yang harus dipenuhi untuk
merealisasi hal tsb:
§ Harus ada surplus produk pertanian agar dapat dijual ke luar sectornya. Market surplus ini harus tetap dijaga & hal ini juga Teknologi, infrastrukturètergantung kepada factor penawaran & SDM nilai tukar produk pertanianèdan factor permintaan & non pertanian baik di pasar domestic & LN
§ Pengeluaran konsumsi oleh petanièPetani harus net savers < §produksi Tabungan petani > investasi sektor pertanian
Kontribusi Devisa.
Kontribusinya melalui :
§ ekspor produk pertanianèSecara langsung & mengurangi impor.
§ peningkatan eksporèSecara tidak langsung & pengurangan impor produk
berbasis pertanian spt tekstil, makanan & minuman, dll
Kontradiksi kontribusi produk & peningkatan ekspor produk pertanianèkontribusi devias
menyebabkan suplai dalam negari kurang dan disuplai dari produk impor. Peningkatan ekspor
produk pertanian berakibat negative thd pasokan pasar dalam negeri. Untuk menghindari trade off ini 2 hal yg harus dilakukan:
§ Peningkatan kapasitas produksi.
§ Peningkatan daya saing produk produk pertanian
2. Sektor Pertanian di Indonesia
·
Selama periode
1995-1997 PDB sektor pertanian (peternakan, kehutananè & perikanan)
menurun & sektor lain spt menufaktur meningkat.
·
Sebelum krisis
moneter, laju pertumbuhan output sektor pertanian < ouput sektor non
pertanian
·
1999 semua sektor
turun kecuali listrik, air dan gas.
Rendahnya pertumbuhan output pertanian disebabkan:
·
kemarau jangkaèIklim panjang berakibat
volume dan daya saing turun
·
Lahan lahan
garapan petani semakin kecilè
·
Kualitas SDM
rendahè
·
Penggunaan
Teknologirendahè
Sistem perdagangan dunia pasca putaran Uruguay
(WTO/GATT) ditandatangani oleh 125 negara anggota GATT telah menimbulkan sikap
optimisme & pesimisme Negara LDC’s:
·
Persetujuan
perdagangan multilateral WTO menjanjikan berlangsungnya perdagangan bebèOptimisas didunia
terbebas dari hambatan tariff & non tarif.
·
Pesimis Semua
negara mempunyai kekuatan ekonomi yg berbeda. DC’s mempunyai kekuatanè > LDC’s
Perjanjain tsb merugikan bagi LDC’s, karena produksi
dan perdagangan komoditi pertanian, industri & jasa di LDC’s masih menjadi
masalah besar & belum efisien sbg akibat dari rendahnya teknologi &
SDM, shg produk dri DC’s akan membanjiri LDC’s.
Butir penting dalam perjanjian untuk pertanian:
1. Negara dg pasar pertanian
tertutup harus mengimpor minimal 3 % dari kebutuhan konsumsi domestik dan naik
secara bertahap menjadi 5% dlm jk waktu 6 tahun berikutnya
2. Trade Distorting Support untuk
petani harus dikurangi sebanyak 20% untuk DC’s dan 13,3 % untuk LDC’s
selama 6 tahun
3. Nilai subsidi ekspor langsung
produk pertanian harus diturunkan sebesar 36% selama 6 tahun & volumenya
dikurangi 12%.
4. Reformasi bidang pertanian dlm
perjanjian ini tdk berlaku utk negara miskin
Temuan hasil studi dampak perjanjian GATT:
a. Sekertariat GATT (Sazanami, 1995)
Perjanjian tsb berèdampak + yakni peningkatan pendapatan per tahun è Eropa Barat US $
164 Milyar, USA US$ 122 Milyar, LDC’s & Eropa Timur US $ 116 Milyar.
Pengurangan subsidi ekspor sebesar 36 % dan penurunan subsidi sector pertanian
akan meningkatkan pendapatan sector pertanian Negara Eropa US $ 15 milyar &
LDC’s US $ 14 Milyar
b. Goldin, dkk (1993)è Sampai th 2002,
sesudah terjadi penurunan tariff & subsidi 30% manfaat ekonomi rata-rata
pertahun oleh anggota GATT sebesar US $ 230 Milyar (US $ 141,8 Milyar / 67%0
dinikmati oleh DC’s dan Indonesia rugi US $ 1,9 Milyar pertahaun
c. Satriawan (1997)è Sektor pertanian
Indonesia rugi besar dlm bentuk penurunan produksi komoditi pertanian sebesar
332,83% dengan penurunan beras sebesar 29,70% dibandingkan dg Negara ASIAN
d. Feridhanusetyawan, dkk (2000)è Global Trade
Analysis Project mengenai 3 skenario perdagangan bebas yakni Putaran Uruguay,
AFTA & APEC. Ide dasarnya: apa yang terjadi jika 3 skenario dipenuhi
(kesepakatan ditaati) dan apa yang terjadi jika produk pertanian
diikutsertakan? Perubahan yang diterapkan dalam model sesuai kesepakatan
putaran Uruguay adalah:
a. Pengurangan pajak domestic &
subsidi sector pertanian sebesar 20% di DC’s dan 13 % di LDC’s.
b. Penurunan pajak/subsidi ekspor
sector pertanian 36% di DC’s & 24% di LDC’s.
c. Pengurangan border tariff untuk
komoditi pertanian & non pertanian
Liberalisasi perdagangan berdampak negative bagi
Indonesia thd produksi padi & non gandum. Untuk AFTA & APEC,
liberalisasi perdagangan pertanian menguntungkan Indonesia dg
meningkatnya produksi jenis gandum lainnya (terigu, jagung & kedelai).
AFTAIndonesia menjadi produsen utama pertanian di ASEANdan output pertanian
naik lebih dari 31%. Ekspor pertanian naik 40%.
3. Nilai
Tukar Petani (NTP)
Nilai tukarè nilai tukar suatu barang dengan
barang lainnya. Jika harga produk A Rp 10 dan produk B Rp 20, maka
nilai tukar produk A thd B=(PA/PB)x100% =1/2. Hal ini berarti 1 produk A
ditukar dengan ½ produk B. Dengan menukar ½ unit B dapat 1 unit A. Biaya
opportunitasnya adalah mengrobankan 1 unit A utk membuat ½ unit B.
Dasar Tukar (DT):
§ DT dalam negeriè pertukaran 2 barang yang berbeda
di dalam negeri dg mata uang nasional
§ DT internasional / Terms Of Tradeè pertukaran 2 barang yang berbeda
di dalam negeri dg mata uang internasional
Nilai
Tukar Petaniè Selisih harga output pertanian dg harga inputnya (rasio indeks harga yang
diterima petani dg indeks harga yang dibayar).
Semakin tinggi NTPè semakin baik.
NTP setiap
wilayah berbeda dan ini tergantung:
§ Inflasi setiap wilayah
§ Sistem distribusi input pertanian
§ Perbedaan
ekuilibrium pasar komoditi pertanian setiap wilayah (D=S)
D>Sè harga naik &
D<Sè harga
turun
4.
Investasi di Sektor Pertanian
Investasi di sector pertanian tergantung :
§ Laju pertumbuhan output
§ Tingkat daya
saing global komoditi pertanian
Investasi:
§ Langsungè Membeli mesin
§ Tdk Langsungè Penelitian & Pengembangan
Hasil
penelitian:
§ Supranto (1998)è laju pertumbuhan sektor ini rendah, karena PMDN & PMA serta kerdit yg
mengalir kecil. Hal ini karena resiko lebih tinggi (gagal panen) dan nilai
tambah lebih kecil di sektor pertanian.
Tabel 5.17
Investasi di sektor pertanian & industri manufaktur (Rp milyar) 1993-96
Sektor
|
1993
|
1994
|
1995
|
1996
|
Pertanian
|
2.735
|
4.545
|
7.128
|
15.284
|
Manufaktur
|
24.032
|
31.922
|
43.342
|
59.218
|
§ Simatupang (1995)è kredit perbankan lebih byk megalir ke sektor non pertanian & jasa
dibanding ke sektor pertanian.
Tabel 5.18
Kredit Perbankan di sektor pertanian & industri manufaktur (Rp milyar)
1993-96
Sektor
|
1993
|
1994
|
1995
|
1996
|
Pertanian
|
7.846
|
8.956
|
9.841
|
11.010
|
Manufaktur
|
11.346
|
13.004
|
15.324
|
15.102
|
Penurunan ini disebabkan ROI sector pertanian +/- 15
%,shg tdk menarik.
5.
Keterkaitan Pertanian dengan Industri Manufaktur
Salah satu penyebab krisis ekonomiè kesalahan
industrialisasi yg tidak berbasis pertanian. Hal ini terlihat bahwa laju
pertumbuhan sector pertanian (+) walaupu kecil, sedangkan industri manufaktur
(-). Jepang, Taiwan & Eropa dlm memajukan industri manufaktur diawali dg
revolusi sector pertanian.
Alasan sector pertanian harus kuat dlm proses
industrialisasi:
§ Sektor pertanian kuatè pangan terjaminè tdk ada laparèkondisi sospol stabil
§ Sudut Permintaanè Sektor pertanian kuatè pendapatan riil perkapita naikè permintaan oleh petani thd produk industri manufaktur naik berarti
industri manufaktur berkembang & output industri menjadi input sektor
pertanian
§ Sudut Penawaranè permintaan produk pertanian sbg bahan baku oleh industri manufaktur.
§ Kelebihan output siktor pertanian digunakan sbg sb investasi sektor
industri manufaktur spt industri kecil dipedesaan.
Kenyataan di Indonesia
keterkaitan produksi sektor pertanian dam industri manufaktur sangat lemah dan
kedua sektor tersebut sangat bergantung kepada barang impor.
Sumber :
http://cintacinta-zellta.blogspot.com/2011/03/perekonomian-indonesia-bab-vi.html
http://ratnadedew21.blogspot.com/2011/03/sektor-pertanian-perekonomian-indonesia.html
http://ika-ikawijiastuti.blogspot.com
No comments:
Post a Comment